top of page

Petani dan LGBT, Kombinasi Unik yang Muncul dari Krisis Pemakzulan

  • lgbtnewskorea
  • 30 Jul
  • 8 menit membaca

Pada Desember lalu, dalam krisis demokrasi yang dipicu oleh Yoon Suk-yeol, petani dan LGBT menciptakan ikatan baru yang tak terduga dan unik.

  • Penerjemah bahasa Indonesia: Payung

  • Pemeriksa bahasa Indonesia: -

  • Penulis bahasa asal: Miguel

  • Pemeriksa bahasa asal: -

  • Dipostingkan oleh: Miguel

  • Didesain oleh: 가리


Petani dan LGBT?

Dalam masyarakat Korea, ā€˜komunitas LGBT’ dan ā€˜petani’ tidaklah kelompok yang mudah ditemukan kesamaan, meski keduanya adalah minoritas sosial yang memperjuangkan hak-haknya. Meski solidaritas antarsosial selalu ada, banyak orang menganggap keduanya sebagai kelompok yang berbeda dan tak terduga.


Namun, pada Desember lalu, dalam krisis demokrasi yang dipicu oleh Yoon Suk-yeol, petani dan komunitas LGBT menciptakan solidaritas baru yang tak terpikirkan oleh siapa pun. Artikel ini menjelaskan latar belakang bagaimana petani dan LGBT berkoalisi menentang Yoon yang memicu kebencian terhadap minoritas, serta menguraikan peristiwa ā€œNamtaryeongā€ yang banyak disebut selama krisis pemakzulan.



LGBT dalam Krisis Pemakzulan

Kita sudah tahu bahwa komunitas LGBT kerap bersuara dalam aksi-aksi menuntut pemakzulan Yoon Suk-yeol. Politik misoginis Yoon, ditandai salah satunya dengan rencana penghapusan Kementerian Perempuan dan Keluarga, tidak hanya menekan perempuan, tetapi juga kelompok minoritas seperti penyandang disabilitas, imigran, petani, dan LGBT. Inilah sebabnya mengapa begitu banyak kelompok minoritas sosial turun ke alun-alun menghadapi ā€œdarurat militerā€ yang dideklarasikan oleh rezim yang berkuasa yang mengusung agenda anti-HAM. Di tengah bangkitnya ideologi sayap kanan ekstrem secara global, ā€œdarurat militerā€ yang bersifat anti-demokrasi ini menjadi ancaman eksistensial yang semakin besar bagi kelompok minoritas sosial.



Meski begitu, fakta bahwa simbol-simbol LGBT seperti bendera pelangi tampak sangat mencolok dalam aksi pemakzulan Yoon Suk-yeol patut diperhatikan. Sebagian orang mengaitkannya dengan pemakzulan mantan Presiden Park Geun-hye pada tahun 2016. Pada saat itu, kaum LGBT berharap adanya perubahan dari sistem politik dan sosial yang korup. Namun, kenyataan setelah pemakzulan tidaklah mudah. Di bawah pemerintahan Moon Jae-in, isu politik terkait hak-hak LGBT mengalami stagnasi. Isu-isu penting yang berkaitan langsung dengan kehidupan LGBT, seperti undang-undang anti-diskriminasi, dikesampingkan demi ā€˜agenda politik yang lebih besar’. Kemunduran di bawah pemerintahan Yoon Suk-yeol bahkan tidak perlu dijelaskan lagi.(9)


Oleh karena itu, banyaknya bendera pelangi yang terlihat di alun-alun unjuk rasa pemakzulan Yoon Suk-yeol dapat dipahami sebagai ā€œreaksi terhadap penindasan dan pengucilan yang dialami oleh kelompok LGBT di bawah pemerintahan Yoon, sekaligus wujud solidaritas yang kuat untuk melawan hal tersebut.ā€ā½Ā¹ā¾ Para individu LGBT mengungkapkan identitas mereka melalui mimbar bebas yang dipasang di alun-alun, dan seolah menentang kebijakan kebencian terhadap minoritas yang dilakukan Yoon, mereka menyerukan penerimaan LGBT sebagai sesama warga negara, pengesahan undang-undang antisdiskriminasi dan kesetaraan pernikahan, serta solidaritas dengan kelompok minoritas lainnya.


Petani dalam Krisis Pemakzulan

Isu utama dalam kebijakan pertanian di bawah Yoon adalah revisi RUU Pengelolaan Bahan Pangan. Undang-undang ini, yang berlaku sejak 1950, memungkinkan pemerintah untuk campur tangan dalam pasar beras guna menstabilkan harga. Di antaranya, beras menjadi fokus utama karena dianggap sebagai ā€˜tanaman yang harus dilindungi oleh negara’ dari sudut pandang ketahanan pangan, mengingat beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Korea. Oleh karena itu, pemerintah selalu mendorong budidaya padi, dan stabilitas harga beras juga menjadi faktor penting.


Namun, terdapat berbagai masalah. Pertama-tama, setiap kali terjadi panen melimpah dan jumlah beras yang dipasarkan meningkat, harga beras anjlok dan hal ini justru menyebabkan penurunan pendapatan petani, dan masalah ini belum terselesaikan. Hal ini terjadi karena berdasarkan Undang-Undang Pengelolaan Bahan Pangan, yang berlaku saat ini, intervensi pemerintah di pasar bersifat opsional. Selain itu, tidak ada ketentuan yang jelas mengenai kapan dan seberapa banyak pemerintah harus membeli hasil panen. Masalah lain yang juga disorot adalah kecenderungan petani untuk terlalu fokus pada budidaya padi.⁽²⁾


Menanggapi hal tersebut, pada tahun 2023, Partai Demokrat Korea yang saat itu merupakan partai oposisi dan mayoritas di parlemen, meloloskan amandemen Undang-Undang Pengelolaan Bahan Pangan di Majelis Nasional dengan tujuan menstabilkan harga beras, pendapatan petani, dan memperkuat ketahanan pangan. Amandemen tersebut mencakup hal-hal berikut: 1) Mengubah intervensi pemerintah di pasar gandum dari yang sebelumnya bersifat opsional menjadi kewajiban. 2) Mewajibkan pemerintah membeli kelebihan stok beras jika produksi beras melebihi 3–5% atau jika harga turun lebih dari 5–8%, guna menstabilkan harga. 3) Mendukung petani untuk menanam tanaman lain di lahan yang sebelumnya digunakan untuk menanam padi.


Namun, Partai Kekuatan Rakyat yang saat itu merupakan partai berkuasa menolak amendemen tersebut dengan alasan tidak efektif, bertentangan dengan prinsip pasar, dan menimbulkan masalah anggaran. Yoon Suk-yeol menggunakan hak veto terhadap amendemen ini, veto pertamanya selama masa jabatannya. Setelah Yoon Suk-yeol dimakzulkan oleh Majelis Nasional, amendemen tersebut kembali disahkan, namun Han Duck-soo, yang saat itu menjabat sebagai penjabat presiden, kembali menggunakan hak vetonya. Saat itu, ketika Mahkamah Konstitusi masih memproses putusan pemakzulan Yoon Suk-yeol, para petani yang marah datang ke Seoul dengan membawa traktor, meneriakkan tuntutan pemakzulan Yoon dan kecaman terhadap penggunaan veto.⁽³⁾



Namtaryeong, Titik Pertemuan Solidaritas

Pada 21 Desember 2024, para petani yang berangkat dari seluruh penjuru negeri menuju Seoul dengan membawa traktor dihentikan oleh polisi di Namtaeryeong. Namtaeryeong adalah daerah yang terletak di perbatasan antara Seoul dan Provinsi Gyeonggi, dan merupakan jalur utama masuk ke Seoul. Polisi menguasai seluruh jalur di Namtaeryeong dan berusaha membubarkan para petani secara paksa.


Sebagai respons, banyak kelompok minoritas berbondong-bondong menuju lokasi untuk menunjukkan solidaritas dengan para petani. Ketika situasi di Namtaeryeong menyebar melalui media sosial, ā€œdalam 1–2 jam, ribuan anak mudaā€ dan ā€œperempuan generasi 2030 yang sebelumnya melambai-lambaikan light stick sambil menyanyikan ā€˜Into the New World’ di depan gedung parlemenā€ berkumpul di Namtaeryeong. Mereka yang sebelumnya melakukan unjuk rasa pemakzulan di depan kantor pemerintahan dan kediaman presiden pun segera bergerak menuju Namtaeryeong setelah mendengar kabar tersebut.⁽⁓⁾


Di Namtaeryeong, beberapa traktor berbaris sambil membawa spanduk bertuliskan ā€œPetani Menuntut Konstitusi!ā€ dan ā€œTangkap dan Tahan Yoon (Suk-yeol)!ā€ Para peserta di sisi kiri dan kanan ikut merespons sambil mengangkat papan bertuliskan ā€œTangkap Yoon Suk-yeolā€ dan slogan serupa. (Sumber: Harian Pertanian Korea)
Di Namtaeryeong, beberapa traktor berbaris sambil membawa spanduk bertuliskan ā€œPetani Menuntut Konstitusi!ā€ dan ā€œTangkap dan Tahan Yoon (Suk-yeol)!ā€ Para peserta di sisi kiri dan kanan ikut merespons sambil mengangkat papan bertuliskan ā€œTangkap Yoon Suk-yeolā€ dan slogan serupa. (Sumber: IKP News)

En Namtaeryeong, una multitud de ciudadanos se manifiestan en solidaridad con la protesta campesina de tractores, sosteniendo pancartas. (Fuente: IKP Noticias)
Di Namtaeryeong, banyak warga berdiri sambil memegang papan tuntutan, menunjukkan solidaritas mereka dengan aksi protes para petani yang menggunakan traktor. (Sumber: IKP News)
Rekaman siaran langsung dari lokasi Namtaeryeong pada 22 Desember, diselenggarakan oleh Federasi Petani Nasional Korea

Banyak kaum LGBT juga hadir di lokasi tersebut. Seperti yang terjadi dalam aksi demonstrasi pemakzulan Yoon Suk-yeol, mereka mengekspresikan identitas mereka melalui pidato dan bendera, berdiri bersama kelompok minoritas lainnya sambil mengibarkan bendera seolah sedang berparade di Festival Budaya Queer. Mereka menyanyikan lagu-lagu dan melanjutkan pidato terbuka secara bebas.


ā€œKetika perempuan muda usia 20–30-an benar-benar membanjiri Namtaeryeong, rasa terkejut dan terharu. Rasa yang dirasakan para petani melebihi bayangan siapa pun. [...] Pihak penyelenggara [...] memperbolehkan siapa pun yang ingin berbicara naik ke atas panggung. Permintaan untuk berpidato terus berlanjut. Bahkan, ada seseorang yang mendaftar untuk berbicara saat fajar dan baru bisa memegang mikrofon pada pukul 3 sore. Di Namtaeryeong, semua orang adalah pendengar sekaligus pembicara.ā€


Cerita mereka beragam, namun memiliki satu kesamaan. Mereka semua mengungkapkan pengalaman diskriminasi dan keterasingan yang mereka alami dalam masyarakat. Seorang perempuan asal Gwangju hampir menangis saat menceritakan bagaimana ia belajar logat Seoul sambil menggigit pulpen. Seorang petani perempuan dari Chungnam mengatakan bahwa kaum intelektual progresif sering memandang masalah pedesaan dengan sikap sinis. Seorang petani muda mengkritik kebijakan pertanian yang berfokus pada smart farm. Seorang feminis, seorang LGBT, dan seorang pemuda berkewarganegaraan Tiongkok yang tumbuh besar di Korea juga naik ke panggung. Salah satu peserta yang berjaga sepanjang malam di Namtaeryeong berkata, ā€œPara petani, perempuan, dan anak muda saling mengajarkan lewat cerita mereka. Rasanya seperti sekolah 28 jam telah dibuka.ā€ (Sumber: Sisain, (4))


Pada akhirnya, di penghujung arus solidaritas ini, polisi menarik mundur barikade kendaraan pada pukul 16.00 tanggal 22 Desember, dan mengizinkan 10 dari 30 traktor untuk memasuki Seoul. Traktor-traktor ini melanjutkan aksi mereka menuju kediaman presiden. Ha Won-oh, Ketua Serikat Petani Nasional Korea, yang memimpin aksi traktor tersebut, menyebut hal ini sebagai ā€œkemenangan yang diciptakan oleh perempuan, LGBT, remaja, lansia, warga miskin kota, dan petani, semua yang telah lama terpinggirkan dari masyarakat arus utama karena kebencian dan diskriminasi.ā€ (6)



Petani dan LGBT Bertemu di Festival Budaya Queer

Serikat Petani Nasional Korea, Serikat Petani Nasional Perempuan, dan organisasi petani lainnya membuka booth pada Festival Budaya Queer Seoul yang diadakan pada 14 Juni lalu di Seoul. Ini merupakan jawaban atas pernyataan salah satu peserta dalam unjuk rasa pemakzulan di depan kediaman presiden, yang menyampaikan dalam pidato bebasnya, "Saya berharap para petani bisa datang ke Festival Budaya Queer." (5)


Berbagai organisasi petani mengadakan berbagai kegiatan di stan mereka. Mereka menjelaskan isu-isu kebijakan pertanian kepada para pengunjung melalui kuis, serta mengadakan survei mengenai ā€œhak dasar atas pangan.ā€ Mereka juga membagikan hasil pertanian dari berbagai daerah di seluruh Korea kepada para peserta. Pendeta Cha Heung-do, seorang pendeta pedesaan, kembali memimpin doa pemberkatan bagi pasangan LGBT tahun ini. Para peserta festival juga menyambut keikutsertaan organisasi petani dengan hangat, mengingat kembali momen di Namtaryeong saat unjuk rasa pemakzulan. (7)


Para peserta berkumpul di depan booth milik Serikat Nasional Petani Korea dan Serikat Nasional Petani Perempuan Korea yang didirikan di Festival Budaya Queer Seoul. (Sumber: IKP News)
Para peserta berkumpul di depan booth milik Serikat Nasional Petani Korea dan Serikat Nasional Petani Perempuan Korea yang didirikan di Festival Budaya Queer Seoul. (Sumber: IKP News)
Ketua Serikat Nasional Petani Perempuan Korea, Jeong Youngyi, menyampaikan pidatonya di Festival Budaya Queer Seoul. (Sumber: Parade Queer Seoul)
Ketua Serikat Nasional Petani Perempuan Korea, Jeong Youngyi, menyampaikan pidatonya di Festival Budaya Queer Seoul. (Sumber: Parade Queer Seoul)

Terakhir, mari kita kembali mengingat nilai dan makna solidaritas yang ditunjukkan oleh komunitas minoritas seksual dan para petani, melalui pernyataan solidaritas yang disampaikan oleh Jeong Youngyi, Ketua Serikat Nasional Petani Perempuan Korea, dalam Festival Budaya Queer Seoul.


ā€œPetani, seperti Anda semua, selalu menjadi kaum minoritas. Perjuangan petani selalu sepi dan sunyi. Setiap kali harga naik, yang disalahkan adalah hasil pertanian, dalam setiap perjanjian dagang, yang dikorbankan adalah pertanian. Suara dan perjuangan petani selalu terpinggirkan, dan kami terus dipaksa untuk berkorban tanpa henti.


Namun di Namtaeryeong, segalanya berbeda. Anda semua datang mendukung perjuangan petani tanpa ragu sedikit pun. Anda semua menunjukkan solidaritas tanpa syarat terhadap perjuangan kami. Baik pada Namtaeryeong pertama maupun kedua, hingga saat Yoon Suk-yeol dicopot dari jabatannya, teman-teman minoritas selalu berada di sisi para petani.

  • Catatan: ā€˜Namtaeryeong pertama’ merujuk pada kejadian yang terjadi pada 21 Desember 2024, seperti dijelaskan dalam tulisan ini. ā€˜Namtaeryeong kedua’ merujuk pada peristiwa 25 Maret 2025, ketika para petani kembali membawa traktor ke Seoul untuk memprotes penundaan putusan pemakzulan Yoon Suk-yeol dan kembali dihadang oleh polisi di Namtaeryeong.


Di Namtaeryeong, para petani mengalami, dan mendiskusikan dunia yang setara, yang melampaui perbedaan ras, disabilitas, latar belakang pendidikan, kekayaan, daerah asal, dan gender. Kami pun belajar saat itu.


Namun sayangnya, pedesaan tetap menjadi salah satu tempat paling patriarkal. Di antara petani pun, petani perempuan merupakan subjek utama dalam produksi pertanian, namun masih belum diakui secara hukum dan sosial. Selama 30 tahun hidup di pedesaan, kami melawan diskriminasi, kebencian, dan penindasan, sambil menyerukan kesetaraan. Tetapi terkadang kami bertanya pada diri sendiri, 'Apakah hanya sejauh ini yang bisa kami ubah?' dan merasa kecewa serta menyesal.


Seperti yang selalu kami lakukan, kami akan terus menggarap tanah dan memperkuat organisasi kami. Petani perempuan akan menjadikan pertemuan antara perempuan dan Queer yang dipicu di Namtaeryeong sebagai sebuah solidaritas, dan akan terus menjalani kehidupan dengan mewujudkan kedaulatan pangan agar setiap orang memiliki hak atas akses pangan yang setara.


Di mana ada keberagaman, di situ ada revolusi. Di pedesaan pun, keberadaan LGBT harus dijamin. Kami akan terus berjuang bersama untuk melindungi keberadaan dan kehidupan yang bebas dari stigma dan diskriminasi. Dunia ini akan diubah oleh orang-orang seperti kita, kaum minoritas, mereka yang didiskriminasi. Dan dalam perjalanan menuju dunia yang setara dan bebas dari diskriminasi, petani perempuan dan para petani akan selalu bersama Anda semua.ā€





  • Penerjemah bahasa Indonesia: Payung

  • Pemeriksa bahasa Indonesia: -

  • Penulis bahasa asal: Miguel

  • Pemeriksa bahasa asal: -

  • Dipostingkan oleh: Miguel

  • Didesain oleh: 가리


Bahan Referensi

  1. ź¹€ģ„øķ¬. 2025ė…„ 1ģ›” 30ģ¼. ć€Œķƒ„ķ•µ ģ‹œģœ„ģ— ģ™œ ģ“ė ‡ź²Œ ė¬“ģ§€ź°œ ź¹ƒė°œģ“ ė§Žėƒźµ¬ģš”?怍. ģ˜¤ė§ˆģ“ė‰“ģŠ¤. https://www.ohmynews.com/NWS_Web/View/at_pg.aspx?CNTN_CD=A0003099710

  2. ģ“ģ˜¤ģ„±. 2023ė…„ 4ģ›” 25ģ¼. ć€Œģ–‘ź³”ė²• ź±°ė¶€, ėŒ€ķ†µė ¹ģ“ ģ‚¬ģƒ ģ²˜ģŒģœ¼ė”œ ė†ėÆ¼ģ„ ź±·ģ–“ģ°¼ė‹¤ć€. ģ‹œģ‚¬ģø. https://www.sisain.co.kr/news/articleView.html?idxno=50146

  3. 2024ė…„ 12ģ›” 20ģ¼. ć€Œķ•œė•ģˆ˜ ėŒ€ķ†µė ¹ ź¶Œķ•œėŒ€ķ–‰ģ“ ź±°ė¶€ź¶Œ ģ““ '양곔법 ź°œģ •ģ•ˆ'ģ€ 묓엇?怍. BBC ė‰“ģŠ¤ 코리아. https://www.bbc.com/korean/articles/cy4pj9w54nyoĀ 

  4. ģ“ģ˜¤ģ„±. 2025ė…„ 1ģ›” 6ģ¼. ć€Œģ„œė”œė„¼ ź°€ė„“ģ¹œ 28ģ‹œź°„, ė‚Øķƒœė ¹ģ€ ā€˜ķ•™źµā€™ģ˜€ė‹¤ć€. ģ‹œģ‚¬ģø. https://www.sisain.co.kr/news/articleView.html?idxno=54716Ā 

  5. ģž„ģ€ź²½. 2025ė…„ 6ģ›” 7ģ¼. ć€Œā€œģ°Øė³„ė°›ėŠ” ģ†Œģˆ˜ģžė“¤ģ“ ģ„øģƒģ„ 바꿀 ź±°ģ˜ˆģš”ā€ć€. ķ”„ė ˆģ‹œģ•ˆ. https://www.pressian.com/pages/articles/2025060412264045704

  6. 박주연. 2025ė…„ 1ģ›” 4ģ¼. ć€Œā€˜ė‚Øķƒœė ¹ ėŒ€ģ²©ā€™ ģ“ķ›„, 여성과 ģ†Œģˆ˜ģžź°€ ģ—“ģ–“ź°ˆ ģ„øģƒć€. ģ¼ė‹¤. https://www.ildaro.com/10085

  7. ź°•ģ„ ģ¼. 2025ė…„ 6ģ›” 19ģ¼. ć€Œā€˜ė¬“ģ§€ź°œ ģ¶•ģ œā€™ ģ“ˆėŒ€ė°›ģ€ ģ „ė“‰ģ¤€ķˆ¬ģŸė‹Ø, ģ„±ģ†Œģˆ˜ģž ģ¹œźµ¬ė“¤ź³¼ ģž¬ķšŒć€. ķ•œźµ­ė†ģ •ģ‹ ė¬ø. https://www.ikpnews.net/news/articleView.html?idxno=67553Ā 

  8. ėŖ…ģˆ™. 2024ė…„ 12ģ›” 24ģ¼. 怌[ėŖ…ģˆ™ 칼럼] ė‚Øķƒœė ¹ģ˜ ė°¤, ģš°ė¦¬ģ˜ ķˆ¬ģŸģ€ 다넸 ģ„øģƒģœ¼ė”œ ė‚˜ģ•„ź°€ź³  ģžˆė‹¤ć€. ėÆ¼ģ¤‘ģ˜ģ†Œė¦¬. https://vop.co.kr/A00001665531.htmlĀ 

  9. ź³ ģ€. 2024ė…„ 12ģ›” 26ģ¼. ć€Œģ†Œģˆ˜ģž ģ—°ėŒ€ź°€ 새딜 ģ““ 역사, ė‚Øķƒœė ¹ ėŒ€ģ²©ć€.Ā  ģ£¼ź°„ģ˜ė™. https://www.bluestars.kr/news/articleView.html?idxno=5016Ā 


ComentƔrios


bottom of page