Bagaimana “Into the New World” Menjadi Lagu Masyarakat
- lgbtnewskorea
- 13 Jun
- 8 menit membaca
Tidak seorang pun tahu seperti apakah industri musik pada masa depan. Namun jelas bahwa industri musik saat ini berubah secara dinamis. Pada masa yang penuh gegap gempita ini, artikel ini berbagi ide dan kasus demi masa depan industri K-pop yang lebih cerah.
Penerjemah bahasa Indonesia: Payung
Pemeriksa bahasa Indonesia: -
Penulis bahasa asal: 레이
Pemeriksa bahasa asal: Miguel, 희중
Dipostingkan oleh: Miguel
Didesain oleh: 가리

*Artikel ini merupakan versi suntingan dan terjemahan dari “Bagaimana ‘Into the New World’ Menjadi Lagu Masyarakat,” yang diterbitkan pada tanggal 16 Desember 2024 di “Institut Penelitian Budaya Entertainment Woojin Cha,” yang mempelajari konten media dan budaya Korea. Artikel ini telah diedit agar sesuai dengan tema situs web kami, dan pendapat serta analisis yang diungkapkan dalam artikel ini adalah pendapat kritikus Woojin Cha. Silakan klik tautan ini untuk melihat teks asli bahasa Korea selengkapnya.
*Penulis asli: Woojin Cha (kritikus budaya populer dan K-pop)
*Lihat berbagai konten “Institut Penelitian Budaya Entertainment Cha Woo-jin” melalui buletin dan halaman penulis di bawah ini.
Buletin bahasa Korea: https://maily.so/draft.briefing/about
Buletin bahasa Inggris (Linkedin): https://www.linkedin.com/build-relation/newsletter-follow?entityUrn=6973091416675667968
Instagram (Woojin Cha) https://www.instagram.com/woojin.re/
Linkedin (Woojin Cha) https://www.linkedin.com/in/woojin-cha/
👉 “Into the New World” Menjadi Lagu Masyarakat
Saya berada di depan Majelis Nasional pada tanggal 7 dan 14 Desember. Pada tanggal 7, usulan pemakzulan Majelis Nasional terhadap Presiden Yoon Seok-yeol ditolak, dan pada tanggal 14, usulan tersebut disahkan. Seperti diketahui, demonstrasi ini didominasi oleh K-pop dan lampu fandom. Pasangan saya dan saya juga berada di jalan sambil memegang Sbong (lampu fandom aespa) dan Binky Bong (lampu fandom New Jeans). Di antara lagu-lagu yang menggema di sana, yang paling mengesankan adalah "Into the New World" milik Girls' Generation.
“Into the New World” pada tanggal 7 dan 14 memiliki arti yang berbeda. “Into the New World” menggema ketika usulan pemakzulan ditolak mengandung “tekad yang tidak dapat diganggu gugat.” "Into the New World" ketika disahkan dipenuhi dengan kegembiraan karena "kita telah menang." Pada pukul 5 sore tanggal 14, bersamaan dengan tersebarnya berita pemakzulan tersebut, ketika “Into the New World” mulai diputar di panggung di depan Majelis Nasional, lagu tersebut benar-benar menetapkan dirinya sebagai lagu yang melambangkan masyarakat, bukan sekadar lagu klasik K-pop.
Namun bagaimana lagu ini muncul dalam aksi protes? Banyak orang merujuk pada protes oleh mahasiswa Universitas Wanita Ewha selama pemakzulan Presiden Park Geun-hye pada tahun 2016 sebagai titik awal, tetapi ada beberapa konteks berbeda di antaranya. Saya merapikan sejarahnya.
▪️Aksi protes Universitas Wanita Ewha 2016
Pada tanggal 30 Juli 2016, sebuah protes melawan pendirian Departemen Kehidupan Mirae diadakan di Universitas Wanita Ewha. Saat itu, ketika 1.600 polisi dikerahkan selama aksi duduk mahasiswa, video mahasiswa Ewha menyanyikan "Into the New World" di depan polisi menjadi viral dan menjadi topik hangat.
Alasan mengapa lagu "Into the New World" milik Girls' Generation dinyanyikan lagi selama protes Universitas Wanita Ewha tahun 2016 adalah pengaruh budaya populer dan media sosial. Lagu ini menarik perhatian ketika muncul kembali di TV melalui acara audisi Produce 101 yang kala itu menjadi topik hangat dan mendapat simpati lintas generasi karena bertepatan dengan masa sekolah para pelajar kelahiran 1996 yang memimpin aksi unjuk rasa. Siswa yang menemukan lagu tersebut lagi melalui media sosial memilihnya daripada lagu aktivis tradisional. Dalam proses menjelang acara peringatan dengan menyalakan lilin untuk pemakzulan Park Geun-hye, lilin LED muncul sebagai protes terhadap pernyataan anggota partai yang berkuasa bahwa "lilin padam saat angin bertiup," dan lampu fandom K-pop juga digunakan, membentuk budaya unjuk rasa baru di atas jalan.
▪️2010-an, 'Festival Budaya Queer Seoul'
Namun, “Into the New World” tidak pertama kali muncul di Ewha Womans University dan acara menyalakan lilin untuk pemakzulan Park Geun-hye pada tahun 2016. Muncul sedikit lebih awal di Festival Budaya Queer. Tentu saja, saat itu, “Into the New World” lebih dekat dengan budaya bermain yang dinikmati oleh para peserta festival daripada budaya yang mengandung pesan khusus.
Sebenarnya, ketika membahas konteks kemunculan K-pop dalam unjuk rasa/protes, gerakan minoritas seksual tidak dapat diabaikan. K-pop pada tahun 2000-an khususnya berjuang untuk mengejar hits global dari AS, yang banyak di antaranya sangat populer di kalangan komunitas queer, termasuk lagu-lagu oleh Lady Gaga dan Britney Spears. K-pop mulai diminati oleh komunitas queer Korea, karena tidak hanya meminjam musik dari lagu-lagu hitsnya tetapi juga gaya para artisnya. (Tentu saja, hal ini tidak bebas dari kontroversi 'queer baiting')
Baca juga terjemahan artikel LGBT News Korea, penerjemahan artikel dari Woman News, tentang ‘queerbaiting’ dan ‘heterobaiting’: 'Queer' yang dicuri: 'Heterobaiting' dalam konten Korea
Terlebih lagi, sejak meletusnya peluncuran girl group pada tahun 2009, lagu-lagu girl group K-pop mulai mendapatkan popularitas di komunitas Queer internasional. Sekitar tahun 2010, di klub-klub Queer Thailand, musik oleh Girls' Generation, 2NE1, Wonder Girls, dan Kara sering diputar bersama lagu-lagu Queer yang cukup tradisional, seperti ABBA dan Lady Gaga. Saat itu, lagu-lagu tersebut menjadi hits di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia, dan Taiwan, dan dengan situasi di Korea sejak 2016, K-pop juga muncul dalam unjuk rasa anti-pemerintah di Thailand pada tahun 2020.
Singkatnya, "Into the New World" milik Girls' Generation dapat dianggap tampil pertama kali pada sebuah kumpulan massa melalui Festival Budaya Queer. Namun, memang benar bahwa implikasi politik dari lagu ini menjadi lebih kuat setelah protes Universitas Wanita Ewha tahun 2016. Setelah itu, "Into the New World" mulai secara bertahap menetap sebagai lagu yang melambangkan masyarakat.
▪️“Into the New World” yang Didefinisikan Ulang oleh Penggemar dan Artis
Kutipan di mana Yuri menyebutkan "Into the New World" sambil menyemangati penggemar yang menghadiri ujuk rasa yang menyerukan pemakzulan Presiden Yoon Seok-yeol menjadi terkenal dalam sekejap.

Sebenarnya, ia pernah mengungkapkan rasa cintanya yang khusus pada "Into the New World" pada tahun 2017. Dalam wawancara dengan W Korea, ia menjawab pertanyaan tentang video "Into the New World" yang dinyanyikan oleh mahasiswa Universitas Wanita Ewha.
"Saya menonton video tersebut berulang-ulang, dan saya menangis karena hati saya begitu penuh. Itu adalah momen yang sangat membanggakan bagi saya sebagai seorang penyanyi. Itu adalah pesan yang ingin saya sampaikan melalui karya ini, dan inspirasi yang saya sampaikan melalui musik dan penampilan pun terwujud, jadi sangatlah spesial bagi saya. Ketika saya debut, saya mungkin meniru liriknya dengan mata yang jernih tanpa memahaminya sepenuhnya. Namun, seiring berjalannya waktu dan saya mendengarkan lagu-lagunya, liriknya semakin berkesan bagi saya."
Tiffany muncul di saluran YouTube (konten LGBT) 'Neon Milk' tahun 2021 dan meninggalkan pesan tentang 'Bulan Kebanggaan' sambil menari mengikuti koreografi 'Into the New World'.
"Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan Neon Milk. Menurut saya, hal terpenting adalah jujur pada diri sendiri dan menjadi diri sendiri. Terima kasih telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dan menunjukkan kepada kita bahwa cinta dan kebaikan selalu menang. Seperti slogan Girls' Generation, 'Mari kita bersama sekarang, di masa depan, dan selamanya!'"
Melalui proses ini, “Into the New World” memperoleh makna yang istimewa. Seperti diketahui, K-pop adalah bidang di mana suara perusahaan dan pencapaian industri dianggap lebih penting daripada suara artis. Namun, “Into the New World” memiliki makna yang lebih besar dan istimewa melalui berbagai keadaan dan momen bersejarah. Sederhananya, lagu ini telah menjadi lagu yang sulit dikendalikan oleh perusahaan atau artis. Selain itu, para anggota Girls' Generation juga secara aktif mendukung makna yang didapat dari lagu ini. Pada titik ini, beberapa sudut pandang muncul.
🧑💻 Pertanyaan yang dapat direnungkan: Kisah setelah “Into the New World”
Status sosial yang diperoleh "Into the New World" sebenarnya adalah cerita tentang K-pop secara umum. Jadi itu membuat kita memiliki lebih banyak pertanyaan. Itu bukan pertanyaan sederhana. Ini menandai momen yang sangat penting dalam industri K-pop. Saya merapikannya dalam tiga perspektif.
1) K-pop telah menjadi bagian dari masyarakat.
Jika menilik konteks sejarah “Into the New World,” kita bisa melihat bahwa kemunculan K-pop di pawai pemakzulan Yoon Seok-yeol bukanlah fenomena yang terjadi tiba-tiba. Itu adalah hasil konteks yang telah dibangun selama jangka waktu panjang dan akhirnya terungkap di depan mata kita. Tetapi industri K-pop berusaha semaksimal mungkin untuk menghapus konteks sosial. Sikap kritis terbatas pada lirik, gaya, atau pandangan dunia. Apa saja implikasinya di masa mendatang?
Penggemar K-pop sangat sensitif terhadap keadilan tidak memihak. Hal tersebut dipandang bukan masalah generasi, tetapi sesuatu yang telah dilakukan industri K-pop selama 30 tahun terakhir. Tidak memihak telah menjadi kata kunci terpenting dalam semua kegiatan, termasuk pemilihan artis, debut, dan pertemuan penggemar. Inilah sebabnya mengapa penggemar K-pop peka terhadap isu-isu sosial. Hingga saat ini, sikap dan tindakan tersebut dianggap sebagai masalah kelompok fandom minoritas. Namun, semakin kecil potensi bahwa hal yang sama akan terjadi pada masa mendatang. K-pop tidak lagi hanya sekedar produk budaya untuk diekspor, tetapi telah menjadi sesuatu yang penting bagi masyarakat Korea secara keseluruhan. Oleh karena itu, dipercayai bahwa cara perusahaan hiburan K-pop memahami dan menghadapi penggemar mereka pasti akan berubah secara signifikan dari sebelumnya.
2) Feminisme akan menjadi lebih penting
Hal ini adalah sesuatu yang telah lama dibicarakan para ahli. Terutama setelah 'gerakan MeToo' dan 'insiden Nth Room' antara tahun 2015 dan 2020, fandom K-pop telah berubah total. Meskipun kata 'feminis' digunakan sebagai kata kebencian di masyarakat Korea, seluruh dunia telah memasuki era feminisme. Fandom K-pop pada dasarnya adalah 'komunitas wanita', tidak hanya di Korea tetapi juga secara global, dan 'feminisme' tidak dapat dipungkiri menjadi ideologi utamanya. Hal itu terungkap jelas pada ujuk rasa dan kegiatan kali ini.
Dengan kata lain, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan K-pop tidak bergantung pada genre baru, struktur industri baru, atau model bisnis baru, tetapi pada bagaimana membangun hubungan dengan fandom. Namun, sebagian besar pemangku kepentingan dalam industri K-pop memiliki pemahaman yang dangkal tentang feminisme, seperti mereka memahami feminisme sebagai seolah-olah masalah konflik gender dan seolah-olah supremasi perempuan. Namun ke depannya, akan sulit membangun hubungan dengan fandom K-pop dan mengembangkan bisnis tanpa pemahaman tentang feminisme dan patriarki.
3) Komunitas minoritas tidak dapat diabaikan
Selama bertahun-tahun, banyak yang mencoba menjelaskan dan mendefinisikan cara K-pop berhubungan dengan komunitas Queer/underground, dengan inisiatif seperti Queerdology dan Sad K-Pop Party. Berikut adalah rangkuman mengapa hal ini penting. Akan tetapi, benar juga bahwa upaya dan kerja keras tersebut sebagian besar diabaikan karena merupakan 'minoritas'.
Tetapi apa yang dapat kita pastikan berulang kali adalah bahwa komunitas minoritas secara historis telah menetap sebagai nilai-nilai inti K-pop. Ini juga merupakan ciri musik populer (pop). Musik yang telah memperoleh beberapa bentuk makna di kalangan underground menciptakan tren dan menjadi sebuah genre, yang memperoleh keawetan. Kebanyakan musik populer modern, termasuk rock and roll, soul, disko, hip-hop, dan electronica, melalui proses ini untuk berkembang menjadi bentuknya saat ini. K-pop juga melalui proses itu. Khususnya pada tahun 2020-an, komunitas minoritas di seluruh dunia lebih penting dari sebelumnya. Mungkin ungkapannya sedikit janggal, tetapi komunitas minoritas sebenarnya sedang menjadi arus utama secara global. Bagaimana seharusnya sikap dan posisi industri K-pop terhadap hal ini?
Penerjemah bahasa Indonesia: Payung
Pemeriksa bahasa Indonesia: -
Penulis bahasa asal: 레이
Pemeriksa bahasa asal: Miguel, 희중
Dipostingkan oleh: Miguel
Didesain oleh: 가리
Commenti